Powered By Blogger

DERMAGA HATI

Titian Tintaku

Titian Tintaku

Rabu, 06 Februari 2013

DETIK KERINDUAN


MUTIARA PENAWAR RINDU

cttn_September 2009_ Bypras

Disiini.,
Tiadakah kau dengar, manis
Akan suara, suara malam yang penuh rona keindahan
Dendang sapa cengkerik, burung malam dan belalang.
Yang berkelana di padang ilalang.
Ketika kau terlelap dalamm buaian mimpi.

Keheningan penuh makna
Mngisi dada tengadah khusyuk,
Dalam doa penuh harapan
Penuh kepasrahan..
Penuh ketulusan.

Manis..
Mgkin engkau tak menikmati
Akan bintang gemintang yang saling brcanda
Dalam kerlipannya.
Bintang yang beralih yang jarang kau sua.
Dan disana…
Bulan sendirian cumbui cakrawala
Rindu.
Bersama desau angin semilir yang lembut,
Menatap.
Sepi….
Merangkak mengalir ke nadi kehidupan
Yang mendamba kedamaian

Manis
Hanya sesekali sepi ini.
Oleh deru yang melanglah dalam dada
Mencapai tujuannya yang entah kemana
Lalu…
Kembali hening, damai dan agung
Syukurmu pada-Mu, ya Robb..
Hati ini betapa damai
Andai hati mencari kedamaian
Hidup ini sangatlah indah
Apabila hati mencintai keindahan
Hati ini tentrammm..
Indah sekali..
Indah sekali..
Indah sekali..
Damai.

GUMULAN HARAPAN

MUTIARA PENAWAR RINDU


Dari mana memulai, kata-kata manis pengantar mimpi..
Atau romantismu di pucuk cerita ?
Cintamu tidak menyandra kejujuran
Cintamu bagai arang berabu di dingin perapian.
Tiada membara ketika di terbangkan angin

Timbul perasaan
Terus melayang di tangkap awan sayu
Trcabik menjadi hitam ranting
Hanyut di makan masa.

---------------------------
-----

sekedarrrrr.. “meraba2 aja” mgkn, meraba catatan tahun 2009 saat lebaran.


MUTIARA PENAWAR RINDU


Kenangan masa lalu masih tersimpan dalam sebuah cttn kecil, catatan itu begitu tak beraturan seperti putaran roda gila dalam sebuah garden kendaraan. Mata ini sprit peduli menatap dalam sinar temaram bohlam lampu yang kekuningan pada permukaan lembaran catatan yg sedikit usang oleh zaman. Namun aku merasa catatan itu masih begitu terang, ketika anganku masuk kedalam ingatan itu. Mski catatan itu tak lagi utuh, terkoyak dan lapuk. Kelapukan itulah yg selama ini terus menggerogoti jiwaku, ingin rasanya memulihkan kembali jiwa yang sudah rusak separuh oleh masa lalu.

Pikiran ini begitu dalam menancapkan kenangan yang membayangi sukma, waktu itu kau berucap “ngapain mas kesini ?” aku ingin kau kembali, tapi kau tdk sudi kita brsama lagi. Bukankah ini salah kita bersama ? sinar mataku nanar padam, ibarat siang bagai malam yang kelam. Hambar terasa menampar perasaanku, “ hidup memang harus memilih”. Sketika terucap saat brbgai macam fregmentase kata yang memusat dalam benakku, yang bgtu saja keluar dari mulutku yg bersimbah noda bagai air bekas cucian yang memenuhi lidahku. 

“rindu lengkung bawah lengkung alis mata, tempat kau menambatkan cinta”, begitu terngiang dalam daun telinga yg selama ini jauh dari nada-nada manja. “terulang”, ingin ku trbang ke masa silam dalam kerlingan bunga-bunga malam yang memanja dia tas genting kaca. Kerlipannya bgtu menggoda, kesetiaannya kepada sang malam sungguh terjaga, namun kini “kau punah setia” ketika rindumu pudar dalam lena. Sehingga kau membuat garis pemisah yang terbentang sangat dalam dan mengekangku. Sehingga tak mudah aku menggapai dirimu. 

Kini ruang tamu serasa asing, jauh dari masa silam. Sedangkan kedatanganku adalah dalam prjalanan waktu panjang berbekal canda dan tawa darimu, kau titipkan rindumu untuk aku masuk kedalam ruang tamu ini lagi. Utk menengok jejak senyummu tatkala kau memikirkanku, melihat tangismu saat kerinduanmu kau alamatkan padaku. “dan rindumu pun telah sampai” dan aku sengaja tuk membalasnya, namun kini “mesti kemana rindu ini aku alamatkan ?” dalam tarikan napas lepas tanyaku.

Bgtu sakit sukma ini sakit, “knpa kau ini dik ?” lelah batinku brtanya dengan mulut tak lagi mampu bersuara, kau hanya sendiri mengisak tangis yang aku tak mengerti. Tak kuasa duka luka batin yang merobek pikir lalu  berkelebat ke sanubari yang terdalam. “kenapa begini akhirnya”..  

kau yang beraut wajah mendung merunduk,  tidak ada yang perlu di maafkan sktika terucap dalam bibi mungilmu.” dulu.. aku begitu di gelayuti ke kalutan, banyak jemari-jemari kehidupan yang memetik permasalahan, tangan-tangan keadaan yang memaksaku untuk melupakanmu”. “Aku aku butuh kasih sayang mas,,” di bekasi aku hidup sendiri. Ikatan suci itu sprtinya terlalu berat bagiku.. kau terlalu baik untukku mas. Mungkin ini yang terbaik, terlalu mahal kebaikanmu selama ini. Aku akui, aku dulu yang berlutut di hadapanmu. Kau yang mengulurkan tanganmu, kemudian mengajakku utk menghapus air mata yg mengaliri kehidupanku, keluargaku. Begitu harum bisikanmu, begitu bening apa yang kau tegukkan dalam jiwaku, aku merasa sbg gadis yg bgtu beruntung krn telah memilikimu…

waktu syawal terbuang dalam perasaan yang suram, kejanggalan sikap dan ucapan trlihat memainkan pandangan. Ia pun berlari kedalam kmdian tertelan mulut kamar bersama sayup-sayup sauara bisik-bisik kadang hilang dan tenggelam. Senyap tiada bisik angin, tiada decak cicak, tiada trdengar suara pintu kamar terbuka, hanya suara degup jantung yang merusak heningnya malam. Di ambang pintu kamar seseorang berhenti memegang korden batas pemisah ruang, “sing sabar nak..” badannya yg gemetar dan susah aku gambarkan. Tanganku langsung merengkuh bahunya, “ibu sakit ?”. “iya nak, aku memikirkan kalian”. Kata yg tak terlukis krna bgtu menyedihkan dgn suara lirih dan bergetar.

……………………………………………………………………………………………………………………………
Fuieeeeeh, cuieeeh.. bener2 yak, nulis cerita menguras energy en bikin tegang atas bawah. Ahirnya klimax’s alias antuk, cepet bikin laperrrrrrrrrrr. ML duyu aaaagh.. “makan lagi” mksd’a. hehehehehehe, pareeeeeng.

BULAN


MUTIARA PENAWAR RINDU

Dengan tangan bergetar, aku mengetuk pintu rumah Bulan. Namun sebelumnya, aku merasakan ada yang aneh dengan rumah ini, tak ada lagi bunga mawar dan melati yang dulu memenuhi halaman rumah ini. Aku ingat betul kalau Bulan sangat menyukai mawar dan melati, karena dia yang menawan, menarik, namun tetap waspada. Dan ia mengidentikkan dirinya dengan melati, karena dia itu lembut dan penuh kasih sayang, itu menurutku. Namun, di halaman rumah itu sekarang hanya ada ilalang. Bagian rumah lainnya pun sepertinya tidak terurus.
“Assalamu’alaikum. adik Bulan?”, berkali-kali aku mengucapkan salam. Biasanya, dulu, aku langsung mendengar suara langkahnya setengah berlari sambil menjawab “Wa’alaikumsalam kak”. Dia bisa langsung tahu siapa yang datang, karena dulu kami sepakat memanggil satu sama lain dengan panggilan kakak-adik, artinya adik perempuanku.
Namun, tak ada yang terjadi. Tetap saja sepi.
Kemudian mbah dul, kakeknya Bulan yang pernah aku ceritakan dulu, menghampiriku.
“Oh, nak  kukuh ya?”
“njih mbah.”, aku segera mencium tangannya.
“Baru pulang dari Kota bandung ya?, kok pulangnya lama sekali, msti nunggu lebaran tho nak? Km sdh ktmu bapaknya bulan belum?
“dereng, mbah. saya pengen ketemu sama Bulan. Bulan ke mana ya mbah?. Dari tadi kok gak ada yang bukain pintu?”
“Oalah, nak, nak. Bulan itu sudah lama pindah dari sini smnjak bapaknya meninggal”, aku seperti tersambar petir.
“simbah gk tw, wong waktu itu Bulan sama ibunya katanya mw ke bekasi.
Aku tidak bisa melihat dengan jelas, pandanganku mulai kabur karena air mata. Dan detik berikutnya, aku sudah tidak sadar apa yang terjadi.
……………..
“torjo.. torjo”, kata seseorang kondektur dengan suara yang keras.
Aku terlonjak kaget, kepalaku pening sekali.
“Bangun mas, sudah sampai Kutoarjo.”, kulihat seorang bapak berseragam membangunkanku.

Alhamdulillah, ternyata aku hanya mimpi. Mimpi buruk yang semoga saja tidak terjadi. Dengan hati yang benar-benar tidak karuan, aku menuruni bus. Aku berjalan menelusuri timbunan aspal dengan penuh air mata. Di tengah riuh orang-orang dengan berbagai tujuan, samar-samar aku mendengar lagu klasik di telingaku. Aku menutup telingaku, apa aku mulai gila?. 

Prosa kecil ini adlh cttn masa lalu, dan aku skrg mengerti arti mimpi itu.
“kita ibarat dua garis selari, yg tak mgkn brtmu di hujung dunia manapun
(ternyata, cintamu setumpul mata pena itu !!)

Pikiranku melayang, berputar, kemudian terhenti pada suatu titik,
Di mana ada langkah-langkah kecil yang harus aku lalui besok, lusa, dan hari-hari setelah itu. Kalau diingat, perjuangan memang masih panjang. Masih banyak peluh yang harus dikorbankan, masih banyak air mata yang harus mengalir dalam setiap harapan, dan masih banyak doa yang harus setia dipanjatkan…

Asap knalpot yang hitam menusuk hidungku, sebentar lagi matahari menggelincir, hari akan segera gelap tetapi tugasku belum tunai. Bumi tua semakin berputar dengan cepatnya. Aku dan orang-orang disekitarku terengah-engah mengejarnya. Dadaku sesak, ketakutan ini benar-benar membuatku sedikitpun tidak ingat indahnya dunia ini….

Namun untungnya, semuanya tidaklah berjalan semakin buruk. Ada orang-orang yang memenuhi hari-hariku dengan semangat. Untung sekali aku disesaki dengan orang-orang yang selalu ingat dengan TuhanNya. Yang biasanya mengingatkan aku untuk tertunduk dan mengingat kodratku kembali. Menengadahkan tangan karena di atas sana ada Tuhan yang setia mendengar suara hambaNya…

Sayangnya, dalam setiap hembusan nafas ini, terkadang terselip ragu akan indahnya keputusanMu. Diri ini memang hina, menyapaMu ketika aku membutuhkan sesuatu. Kemudian pergi ketika bahagia merasuki diri.
.................................................................................
Offfffffff dulu sekian wktu.. jd gk karuan nulisnya, mw nulis.. tinta otak hampir habis. Waktu terkikis habis.. udah dulu, ngaso dulu, tdur dulu. Besok mesti kaburrr… huaaaaahhheemmzzz, antuk !

BUNGA SEDAP MALAM

MUTIARA PENAWAR RINDU

Teringat sebuah lirik lagu,”untuk sebuah nama, rindu tak pernah pudar”. Mgkin dulu.. belum menyadari pahitnya rasa rindu, apalagi brpikir untuk takut kehilangan dan mengerti apa arti kehilangan. Bahkan tak trlintas brpikir utk saling manyayangi. Tapi, masih saja ku meyakini bahwa cintamu melebihi asap yg setia kepada bara api, sprti lautan yg setia terhadap rasa asin. Sperti bayangan yg yang selalu ada bagi tuannya. Sangat disayangkan sekali, “cinta tak memihakku”.. apa mgkin aku trlalu prcaya sgla rintihanmu? Ap aku yg terlalu berharap padamu. Mgkn jawabannya adalah “keAajaiban”.

Aku sendiri mencumbui gelisah, ku duduki teras rumah kurasakan ada yang menggerayangi aku, siapa lagi kalo bukan udara dingin dan keresahan. Ya maklum saja si mentari sudah berlalu dari sorotan mataku, di ikuti aroma jingga langit dan semaikin kelam. Sedikit aku menggerutu “ngapain aku disini ?”. menunggu barangkali ada malaikat yang meronda di pelataran rumahku, dan aku ingin memesan bidadari syurga utk skdr menemaniku mungkin.. rasanya nyaman juga diam termangu. Dan aku spertinya semakin lama semakin betah saja. Mataku terus bergerak, melirik kesamping kanan kiri, kebelakang. Clingak-clinguk sprit orang hilang, sprti ada yang mengawasiku dari tadi. Kembali kutolah toleh kiri kanan sprti tdak ada siapa2. swktu menoleh keatas.. O, ternyata kamu to? Ada sang bulan yang mengintaiku di balik mendung yang pekat. Kembali termangu aku menatapnya, bibirku merekah perlahan2 tersenyu sprti orang gila, atau emang aku sudah gila. (beuh) org gila memang seribu pola rupanya.. ada yang gila kecil, gila besar, atau sekedar gila-gila saja. Upzzz.. jangan bilang aku ini apa?.

Rembulan begitu sadis, tersenyum dan menghilang. Hanya menimbulkan kekecewaan. “kenapa begtu cepat kau menghilang karna mendung?” seandainya ada malaikat yang menghampiriku, serta menggapaiku dan mengajakku pergi dari kesengsaraan ini. Datangnya Langit malam yang padam, menjemput  dengan jutaan rasa rindu yang mencabik-cabik tulang rusukku. Mengoyak luka yang dulu hilang berganti perih yang teramat sangat. Kaki ini masih menginjak pusara rindu yang teramat dalam padamu.. bulan. Berharap kau dating memelukku, menyentuh lembut dadaku sprti saat yg kita lakukan dulu. Ketika itu Seakan kau mendengar degup jantungku, yang bernada rindu.

“Setiap catatan rindu, itulah namamu”. Tentangmu, ku ukir dalam jeratan rasa rindu, namun semua telah mengandung kata luka, semua mengerang rasa duka, smw yang meruangkan kata asa, smw kata yang mengandung percuma. Mski smw masih trcampur simpul asmara yang terpendam. Bukankah kita prnah berspakat kan menyangga bersama, bukankah dgn bersama jauh akan lebih ringan dan lebih baik daripada sndir? Itulah mengapa tercipta tulisan ini, sehingga kau mengerti.

Mgkin kau telah memahami sesuatu yang tk pernah aku bisa mengerti, “aku tak pantas utkmu” bgtu katamu. Tak pantas kah aku mksdmu? Krna kau lahir dari keluarga yg mampu. Sdgkn aku tak pantas utkmu krna srba kekurangan dlam hidupku. Ea.. skdr basa-basi yang memang terlalu basi aku telan mgkin. Kelebihan dan kekurangan, isi mengisi dan melengkapi. Tp ini bukanlah dalih tuk mcari simpati. Kelemahan dan kekuatan, bagiku kelemahan adalah kekuatan. Itu kunci utk bs menapakkn kaki di atas langit. Tapi jangan pernah berharap dan berfikir, di langit masih ada ruang utk kau menghembuskan nafasmu!! Jika itu dalihmu “aku tak pantas untukmu”. Aku tahu, kau ingin mcri yang lebih itu saja sudah cukup dengan tanpa prlu bermain perasaann.

Angin malam sprti jarum yang menusuk tulang belulang, terasa ngelu kaku sampai ubun2 kepalaku. Justru angin malam yang mengajakku berjalan2 menelusuri perkebunan singkong belakang rumah. Di situ ku melihat tanaman bunga sedap malam yang sedikit membetoti isi kepalaku. Begitu seminya bunga itu di malam hari, bukankah bunga tidak akan tumbuh dalam dalam kegelapan? Aku sadar, bahwa ini bukanlah kegelapan. Ternyata cinta yang selama ini aki tabur adalah salah. Maka jika benar maka saat cinta itu bersemi ttak akan ada yang mampu menghalangi.
…………………………………………………………………………………………………………………………….ZJHFKAASAWQERFWZXXZADFFAPASOASDFJGLBNQW, waduuuuuch…..!!! Gmna nie, jariku masih betah manari2 mmengikuti iirama hati. Mw gmn lgi player di otak lg trouble gieniee..(sbnr’a ud darie doeloe kaleee). mgkin dgn bersntai sejenak menikmati secangkir kopi kembali muncul inspirasi.. S.R.U.F.U.U.U.U.U.U.T,,, EACH !!. mantab  coffe’a..
Ngemeng2 soal koffie, pahit namun nikmat. Jdi ke inget lagi nie tulisanku ea.. kira2 3 tahun baheulak lagh, sama kopi juga wacananya. End ada tapinya lho.. tapi kopi itu ku sajikan kpda someone, sebut saja “bulan”. Mw tw racikannya ? okre degh nie :
terima kasihlah,
telah sudi
minum kopiku.
tahukah kau,
kopi* ini ku tanam sendiri
benihnya ku pilih dari tujuh ladang**
ku semai tujuh purnama
ku sirami air dari tujuh kali***
ku tuai dengan tujuh basmalah (hajat).
============
maaflah
jika kopi ini terlalu pahit,
namun perjuangan ini,
lebih pahit.
hemmmm.. apes bener yah nasib gw yak? Mw bahas nie gk ea.. males bgt kyak’a dech.